April 2011 ~ Nembang Jowo

Sabtu, 09 April 2011

Filosofi sang PEMIMPIN


Dalam falsafah hidup budaya jawa kita kenal yang namanya ular-ular ataupun piwulang. Sebutlah HASTA BRATA yang merupakan teori kepemimpinan, berisi mengenai hal-hal yang disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam seperti Surya, Candra, Kartika, Angkasa, Maruta,Samudra,Dahana dan Bhumi.
Hasta Brata dapat diartikan sebagai delapan laku/sifat seorang pemimpin. Istilah Hasta Brata diambil dari buku Ramayana karya Yasadipura I (abad 18) dari keraton Surakarta Hadiningrat.

Sombong = Ojo Dumeh


Sombong identik dengan Ojo Dumeh atau yang sering kita kenal dengan istilah kibr, takabur, ketiganya hampir semakna, merupakan suatu kondisi seseorang di mana ia merasa lain dari yang lain sebagai pengaruh i’jab (kebanggaan) terhadap diri sendiri, yaitu dengan adanya anggapan atau perasaan, bahwa dirinya lebih tinggi lebih berharga daripada lainnya.

Maka tidak akan berlaku sombong, kecuali orang yang merasa dirinya pandai dan benar, dan ia tidak merasa benar atau pandai, kecuali karena adanya keyakinan, bahwa dirinya memiliki keunggulan, kelebihan dan kesempurnaan yang dengannya ia menganggap berbeda dengan orang lain.
1. Sombong dengan Ilmu dan Kepandaian
Ada sebagian thalib ilmu atau orang yang diberi pengetahuan oleh Allah, namun malah justru menjadikan dirinya sombong. Ia merasakan dirinyalah yang paling pandai (alim), menganggap rendah orang lain, menganggap bodoh mereka dan selalu ingin agar dirinya mendapatkan penghormatan, pelayanan dan fasilitas khusus dari mereka. Dia memandang, bahwa dirinya lebih mulia, tinggi dan utama di sisi Allah daripada mereka.
Ini disebabkan oleh karena:
Pertama, Ia mencurahkan perhatian terhadap apa yang ia anggap sebagai ilmu, padahal hakikatnya ia bukanlah ilmu. Ia tak lebih sebagai data atau informasi yang direkam dalam otak yang tidak memberikan buah dan hasil, karena ilmu yang sesungguhnya akan semakin membuat ia kenal siapa dirinya dan siapa Rabbnya. Ilmu yang hakiki akan melahirkan sikap khosyah (takut kepada Allah) dan tawadhu’ (rendah hati), bukan sombong, sebagai-mana firman Allah Subhannahu wa Ta’ala ,
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (QS. Faathir : 28)
Ke dua, Al-khoudl fil ilm yaitu belajar dengan tujuan agar dapat berbicara banyak, berdebat dan menjatuhkan orang dengan kepiawaian yang dimilikinya, sehingga orang menilainya sebagai orang alim yang tak terkalahkan ilmu-nya. Selayaknya ia lebih dahulu memperbaiki hati dan jiwanya, membersihkan dan menatanya, sehingga tujuan dalam mencari ilmu menjadi benar dan lurus. Karena merupakan karakteristik khas dari ilmu, bahwasanya ia menjadikan pemiliknya bertambah takut kepada Allah dan tawadhu’ terhadap sesama manusia. Ibarat pohon tatkala banyak buahnya, maka ia semakin merunduk dan merendah, sehingga orang akan dengan lebih mudah mendapatkan kebaikan dan manfaat darinya.
Orang, apabila telah hobi mengumbar omongan, bantah-bantahan dan debat kusir, maka ilmunya justru akan melemparkannya kepada kedudukan yang rendah dan pengetahuan yang dimilikinya tidak akan membuahkan hasil yang baik, sehingga keberkahan ilmu tidak tampak sama sekali.
2. Sombong dengan Amal Ibadah
Kesombongan ahli ibadah dari segi keduniaan adalah ia menghendaki, atau paling tidak membuat kesan, agar orang lain menganggapnya sebagai orang yang zuhud, wara’, taqwa dan paling mulia di hadapan manusia. Sedangkan dari segi agama adalah ia memandang, bahwa orang lain akan masuk neraka, sedang dia selamat darinya.
Sebagian ahli ibadah apabila ada orang lain yang membuatnya jengkel atau merendahkannya, maka terkadang mengeluarkan ucapan, “Allah tidak akan mengampunimu atau, “Kamu pasti masuk neraka” dan yang sejenisnya. Padahal ucapan-ucapan tersebut dimurkai Allah, yang justru dapat menjerumuskannya ke dalam neraka.
2. Sombong dengan Harta Kekayaan
Yaitu dengan memandang rendah orang fakir dan bersikap congkak terhadap mereka. Ini disebabkan harta yang dimilikinya, perusahaan-perusahaan yang banyak, tanah dan bangunan, kendaraan mewah, perhiasan dan lain sebagainya. Kesombongan karena harta termasuk kesombongan karena faktor luar, dalam arti bukan merupakan potensi pribadi orang yang bersangkutan. Berbeda dengan ilmu, amal, kecantikan atau nasab, sehingga apabila harta itu hilang, maka ia akan menjadi hina sehina-hinanya.
3. Sombong dengan Kekuatan dan Kegagahan
Orang yang mendapatkan karunia seperti ini hendaknya menyadari, bahwa kekuatan adalah milik Allah seluruhnya. Hendaknya selalu ingat, bahwa dengan sedikit sakit saja akan membuat badan tidak enak, istirahat tidak tenang. Kalau Allah menghendaki, seekor nyamuk pun dapat membuat seseorang sakit dan bahkan hingga menemui ajalnya.
Orang yang mau memikirkan ini semua, yaitu sakit dan kematian yang bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja, maka sudah sepantasanya tidak angkuh dan takabur dengan kekuatan dan kesehatan badannya.
PENGARUH KESOMBONGAN
* Orang yang sombong kalau toh mau berjalan bersama-sama orang lain, maka ia selalu minta paling depan dan semua orang harus ada di belakangnya. Konon Abdur Rahman bin Aufz, kalau sedang berjalan bersama para pembantunya, maka tidak ketahuan ada disebelah mana, ia tidak pernah menonjolkan diri harus berada paling depan supaya semua orang melihatnya.
* Termasuk pengaruh sifat sombong adalah memalingkan muka dari sesama muslim, atau melihat dengan pandangan sinis dan merendahkan.
* Kesombongan juga berpengaruh bagi seseorang dalam ucapan, gaya bicara dan nada intonasinya. Bahkan terkadang mencerminkan ketidaksopanan, misalnya seorang murid atau mahasiswa menghardik gurunya, karena ia merasa anak seorang pejabat atau tokoh.
* Kesombongan juga akan mempe-ngaruhi gaya jalan seseorang, misalnya sambil membusungkan dadanya, atau berjalan dengan dibuat-buat agar menarik perhatian orang lain. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah berfirman,
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. 17:37)
* Orang yang sombong biasanya sangat senang apabila ia datang, lalu orang-orang berdiri untuk menghormat-nya. Padahal para shahabat apabila datang Rasulullahsaw kepada mereka, maka mereka tidak berdiri untuk beliau, hal ini dikarenakan mereka tahu, bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam membenci hal itu.
* Orang yang dalam hatinya ada kesombongan tidak akan mau mengunjungi orang lain, tidak mau mengucapkan salam lebih dahulu, minta supaya diprioritaskan dan tidak mau mendahulukan kepentingan orang lain.
* Kesombongan juga akan mengakibatkan seseorang tidak memandang adanya hak orang lain pada dirinya. Sementara itu ia beranggapan, bahwa ia memiliki hak yang banyak atas selainnya.
Aja sira katungkul ing kagunan, amujya nabhaktya
(Janganlah menjadi sombong, walau banyak
orang menyukaimu)

Reog Ponorogo oleh mbak Waldjinah


Duet antara Ernie Djohan dengan Oslan Husein, Dagelan untuk menghibur tamu pada acara pawiwahan temanten dan lelgon Reog Ponorogo oleh mbak Waldjinah.
  • Reog Ponorogo (Waldjinah)
  • Duet Ernie Djohan dan Oslan Husein, langsung disini
  • Ular-ular temanten dan dagelan, silahkan menuju kesini |awas tahan ketawanya| :roll:

Kyai Semar dan Jaman Edan?


Amenangi jaman edan, ewuh oyo ing pambudi, melu edan nora tahan, yen tan melu anglakoni boja keduman melik, kaliren wekasanipun, ndilalah karsa Allah, begjo begjane kang lali, luwih begjo kang eling lawan waspodo.
Hidup dijaman edan, begitu susahnya, ikut edan tidak tahan, jikalau tidak ikut tidak kebagian akhirnya bisa kelaparan, sudah kehendak Allah, betapa senangnya hidup menyimpang, lebih bahagia hidup dengan kesadaran dan kewaspadaan.
Apa ini namanya jaman sudah edan?. Dewa-dewa sudah tak bermoral, orang-orang baik menjadi manusia bodoh, hukum berbalik, yang kerja keras tetap menderita, yang tak banyak bekerja justru berfoya-foya, yang jujur selalu salah, yang tak jujur selalu benar, kejujuran adalah kebohongan, kebohongan adalah kejujuran.

Waldjinah – gendhing dolanan


Gendhing dolanan oleh Waldjinah (ratu Kembang Kacang) bersama Karawitan dari Surakarta Hadiningrat. Lelagon Gugur Gunung akan selalu mengingatkan kita betapa pentingnya rasa persatuan dan kesatuan. Lain lagi dengan lelagon Onde Onde yang diawali dengan Bawa Sinom yang mengandung piwulang luhur dan mendalam, seperti berikut ini:
“mumpung anom marsudiyo, alandesan budi suci, denyo manembah Hyang Suksma, yekti yuwono sakalir, asih tresna sasami, tan iku dadya wotipun, adoh marang kanistha, ing janji tan mbalenjani, tatag tangguh saguhing sabarang-barang”
Rek Orek Motore Mabur
  1. Putri Bali | indahnya tarian putri Bali |
  2. Onde-Onde (10:32) – diawali bawa Sinom Logondhang
  3. Gugur Gunung | pemersatu > ke-GotongRoyong-an |
  4. Rek Orek Montor Mabur

Gendhing Nyamleng


Berikut ini gendhing nyamleng dari Karawitan Sekar Arum yaitu Bawa Sekar Ageng (SA) Banjaransari lanjut Gendhing Gandrungmanis diselingi Sekar Dhandhanggula Banjet dilanjutkan Ladrang Sarayuda laras pelog pathet barang. Jineman Dhudhukwuluh pelog barang. |sumbangsih dari penggemar seni jawa kepada Sukolaras |.
Gendhing nyamleng ke-14 dapat anda kunjungi kesini
  1. Gdh. Gandrung Manis Pl. Br (18:31)
  2. Jineman Dhudhukwuluh Pl.Br (02:10)
Notasi Gdh. Gandrungmanis (unduh),  Ldr. Sarayuda (unduh)

Onang2 Gobyog


Gendhing Onang-Onang yang berdurasi cukup panjang (kisaran 56 menit) oleh Karawitan Condong Raos pimpinan almarhum Ki. Nartosabdho.
Bandingkan Gendhing Onang-Onang dalam versi Karawitan Studio RRI Surakarta yang ada disini, atau versi Karawitan ASKI yang disini. Gedhing dolanan Godril biasanya dikumandangkan pada saat acara penganten yaitu pada saat penyerahan (makanan, buah-buahan dlsb) melalui pertunjukan tarian oleh seorang yang memikul barang penyerahan dimaksud.
Gendhing lengkapnya diawali Bawa Sasadara Kawekas, Gendhing Onang-Onang kethuk 2 kerep minggah kethuk4, Ladrang Erang – Ketawang Subakastawa – Pathetan Bimanyu – Ayak-Ayak, Srepeg kaseling Palaran Pangkur laras pelog pathet nem.

  • Onang-Onang Pl.6 muka 1   (download)

  • Onang-Onang Pl.6 muka 2   (download)

  • Godril  (download)
  • Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya


    Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya dapat diartikan tujuh paham ajaran untuk mencapai kemuliaan dan kesejahteraan.
    Menurut sebagian dari faham ajaran spiritual Budaya Jawa, Pancasila itu merupakan bagian dari Sapta Warsita Panca Pancataning Mulya ( tujuh kelompok ajaran yang masing-masing kelompok berisi lima butir ajaran untuk mencapai kemuliaan, ketenteraman, dan kesejahteraan kehidupan alam semesta hingga alam keabadian/ akhirat ), yaitu :

    Gendhing Nyamleng


    Gendhing Roning kethuk 2 kerep minggah kethuk 4 dilanjutkan Ladrang Giyak-Giyak laras slendro pathet sanga, dan Ladrang Sri Rejeki laras pelog pathet nem, oleh karawitan Studio RRI Surakarta.
    Ladrang Sri Rejeki dalam versi lain ada disini (sebagai simbol kejayaan), dankesini (sri rejeki – subokastowo)
    1. Gdh. Roning Gadhung Sl.9 (22. 26)
    2. Ldr. Sri Rejeki Pl.6 (07.03)
    Cinta menggerakkan kebaikan,
    kebencian memunculkan kejahatan
    Sejarah kebaikan adalah sejarah cinta,
    sejarah kejahatan adalah sejarah kebencian

    Djunaedi Ngguyu


    Berikut ini dagelan dari Djunaedi dan kawan-kawan yang dapat membuat anda ketawa. Kalau sebelumnya ada dagelan pitutur temanten dan bagong adu jago yang tidak kalah lucunya.
    cuplikan dagelan “sepeda” (bagio dan kolik)
    1. Dagelan 1 (27. 03)
    2. Dagelan 2 (27. 02)
    3. Dolanan Tjao Glethak

    Pangkur Tanjung Gunung

    Pangkur Tanjung Gunung dilanjutkan palaran pangkur oleh Karawitan Sukoraras dalam versi gendhingan dan campursari. Untuk memenuhi request pecinta kesenian dari Jawa Timur.
    Si tanjung gunung agawe bingung
    Tanpa layu tanpa jemu, niscaya melengkung angenguwung
    Pasemone anglam-lami, budayane memunjuli
    Sarwa nyata tan prasaja, kae nyi Tanjung Gunung.
    1. Pangkur Tanjung Gunung Pl.Br < versi gendhing >   (20.13 )
    2. Pangkur Tanjung Gunung Pl.Br < campursari 1 >  (24.32)
    3. Pangkur Tanjung Gunung Pl.Br < campursari 2 >  (18.59)
    Eling marang peparing “cipta-rasa-karsa” kang ukarane
    manungsa kudu “beradab”

      Gendhing Nyamleng


      Gendhing Thukul kethuk 2 kerep minggah kethuk 4 dilanjutkan Ladrang Kapirekta, kaseling Sekar Maskumambang, Srepeg Kumudha, Palaran Gurisa, Pangkur, Maskumambang laras pelog pathet lima, oleh Karawitan Studio RRI Surakarta. Gedhing ini satu kaset dengan gendhing nyamleng 16 sebelumnya.
      1. Gdh. Thukul Pl.5 (29. 53)
      2. Jathilan | bonus |

      Jula-Juli Surabaya


      Jula-juli adalah musik daerah dari Jawa Timur. Berbagai versi musik jula-juli diantaranya oleh karya Nartosabdho dengan Condong Roas.
      1. Jula Juli Eling
      2. Jula Juli Tengul
      3. Jula Juli Suber (condongraos-nartosabdho)
      4. Jula Juli Sumba (condongraos-nartosabdho)
      5. Jula Juli

      Burung Betet – KrisBiantoro


      Album lain dari Kris Biantoro, Burung Betet, Rentak dan Papaya Cha-Cha, Kau Puasi dan Piye Piye.
      1. Burung Betet
      2. Papaya Cha Cha
      3. Rentak
      4. Kau Puasi
      5. Piye-Piye

      Gendhing Nyamleng


      Gendhing Kuwung-kuwung kethuk 2 kerep minggah kethuk 4 dilanjutkan ladrang Singo-Singo yang diawali Bawa Sekar Ageng Pusparukmi, oleh Karawitan Sekar Arum dan gedhing lainnya Rujak Jeruk, Kembang Kacang dan Kembang Kates. Beda gendhing Kuwung-Kuwung yang disini (kuwung2, rangu2 dan kembang jagung).
      < rujak jeruk tayuban nganjuk >
      1. Gdh. Kuwung-Kuwung – Ldr. Singo-Singo Pl.Br (30. 00)
      2. Rujak Jeruk Pl.6 (Waldjinah)
      3. Kembang Kacang Pl.6
      4. Kembang Kates Pl.6 (Ngatirah dkk)

      Tertawa bersama Kirun dan Srimulat


      Ketawa membuat kita sehat, kalau tidak bisa tertawa itu berbahaya. Dengan dagelan, lawak dari Kirun cs (Kirun, Cholik, Bagio dan Tardi) dan Srimulat (Gepeng, Djudju, Asmuni, Tarzan, Subur dkk) anda akan dibawa untuk tertawa-tawa terus.
      1. Kirun Mendapat Jodoh (Kirun cs)  | 57.13 |
      2. Untung Ada Saya (Srimulat)   | 48.57 |
      3. Kidungan Kirun | 13.04 |

      Rerepan Dhandhanggula Sri Minulya

      Wonten sekawan pupuh rerepan sekar dhandhanggula sri minulya.
      Surasane wasita jinarwi
      Paring saking kang Maha Kuwasa
      Jinereng jumbuh jamane
      Dadi mulya sagung pra janmi
      Rading pra Nata Praja
      Keduga satuhu
      Puhing tindak dursila
      Lelangen mring Pancasila mrih utami
      Garan mulyaning Bangsa
      Kudangane Gusti Maha Suci
      Tumuju mring manungsa sanyata
      Lan pra kadang sabangsane
      Kahanan mrih rahayu
      Dimen tentrem Praja punika
      Praja Gung Indonesia
      Pembangunan maju
      Kanthi dhasar Pancasila
      Lan Bhineka Tunggal Ika mrabawani
      Kuncara ing Bawana
      Kuncarane Nagara punika
      Nenggih Praja kita Indonesia
      Merdika nut ing jamane
      Memayu reh rahayu
      Ngudi mulya lahir lan batin
      Mamayu yu bawana
      Budayane luhur
      Azas dhasar Pancasila
      Undhang Undhang Empat Lima hanjiwani
      Mranata mrih minulya
      Kwajibane pra warga nagari
      Warga Nagara trah Indonesia
      Setyo rumeksa Prajane
      Marsudi budi luhur
      Ngudi marang ngelmu utami
      Ningkatke katentreman
      Bangsa mrih rahayu
      Makarya memangun Praja
      Mamrih bagya Mulyaning janma sakalir
      Tansah eling waspada

      CAK NUN BUKAN TUHAN, JANGAN DISEMBAH!


      cak-nun.jpg (106×149)
      Ada Ponari, Poniman, Ponisri, Ponidi, Ponimen, Poniyem, Ponijah, kuda Poni juga ada, ada-ada aja. Lha mosok pada nggak muat otak sadar kewarasan sampean untuk menyadari; mana hidayah, mana hidayati,? Jan podo gak pokro! Jamane jaman lingsir wengi, banyak kekalutan dijadikan rujukan, bertebaran statement gawen-gawen jadi alat bukti, lha yang jelas-jelas alat bukti malah digembok di gudang gelapnya pemikiran. Ada lagi yang labih majnun! Mosok Cak Nun dikuyo-kuyo supaya mau magang jadi presiden, opo yo mau? Lha wong CN itu bukan barang wadag, bukan jenis manusia umumnya (dia tipe manusia yang hanya mau disuap sama Novia), gek disuruh-suruh ngurusi urusan yang dia paling alergi dengan wilayah kepentingan bathinnya,? Mesakne! Makanan model apa politik kuwi? Ibarat baju, CN terlalu bersih untuk gluteh sama najisnya politik kepentingan sesaat. Saya yakin, CN sudah sangat puas untuk menjadi dirinya sendiri. Lho mayarakat kita butuh presiden handal untuk membawa perahu Indonesia keluar dari badai krisis? Halah gombal! Siapa bilang kondisi masyarakat Indonesia tertekan, stress, kalut, kalang-kabut, morat-marit, gak jelas jluntrung arah hidupnya, mlarat, krismon? Nggedabruus! Mana stressnya? wong tiap saat bisa nyruput pahitnya berbagai kebijakan yang ndak perpihak dengan manisnya cangar-cengir tata-batin ‘udhma. Mana mlaratnya? Lha wong sepedah montor keluaran terbaru selalu ditunggangi anak-anak mereka sambil nenteng Hp keluaran gress untuk sekedar ngisi absen kelas dari pada dibilang suka bolos. Sisi lain, fenomena Ponari, bukan potret kekalutan masyarakat Indonesia terhadap kecanggihan medis. Itu hanya sekedar intermezzo ritme hidup, seperti dehemnya calon mantu di depan mertua. Apa sampean berpikir tiap orang dehem pasti sakit? Pasti TBC? Terlalu naif!!! Jangan! jangan samakan diagnosa sampean terhadap rakyat Indonesia yang hidupnya penuh langgam indah ini dengan masyarakat post modernisme amerika (sekali kena badai caterina langsung pada bunuh-diri). Tengok! betapa kepicuntnya Gusti Allah sama kerabat kami di Aceh, saking kangennya Gusti dengan mereka sampai-sampai bersuka cita mendirikan terop-terop keagungan saat kedayohan lebih dari 125 ribu kekasihNya di penghujung Desember. Nggak! Ndak! Indonesia tidak membutuhkan superman, batman, catwomen, atau apapun yang digdaya. Cukup diperintah manusia, makmurlah Indonesia. Masalahnya adalah; yang pada pegang kewenangan sedang melepaskan baju kemanusiaannya, cuma pada pakai kaos oblong yang bolong sana-sini, jadi ya wajarlah kalau sampaean gebyah-uyah nglihat Indonesia compang-camping. Karena susah ditemui pemimpin yang lengkap baju aurat kemanuasiannya. Sehingga sampaen ngasih resep rakyat Indonesia dengan sekedar baju penutup kemaluan bagi semua rakyat Indonesia raya! Ngawur!. Sebab yang sering sampean ajak dialog adalah mereka yang telanjang, yang sering menghadiri jamuan makan adalah para petinggi porno. Cak Nun dalam contect udo-ora-udo, adalah sekian banyak diantara rakyat jelata diantara kami yang berbaja gamis putih bersih, jangankan telanjang, udel-e sendiri saja dia nggak pernah lihat (saking hati-hatinya sama auratnya mungkin). Saya yakin sepenuhnya kalau-pun Allah memilihnya untuk mampir di kekuasaan istana, pasti ia tetap rakyat jelata seperti sekarang. Cak jangan mau disembah! Rakyat Indonesia jangan mau nyembah Cak Nun! Cukup Gusti Allah yang kita ciumi telapak kaki keperkasaannya. Jangan pernah mau menciumi organ tubuh orang lain! Salah-salah panjenengan kena pasal cabul! Bilik Nusantara I/7 23 feb 2009 00.25 WIB 

      sumber : LINK

      Tembang Pangkur Katresnan

      Emha Ainun Najib tokoh intelektual bernafaskan Islam lulusan dari Pondok Pesantren Gontor ini, mengurai kata demi kata yang dilukiskan kedalam lyrik (cakepan) tembang Pangkur Katresnan. Begitu menyentuh dan bernilai filosofis yang tinggi bagi kehidupan di dunia ini.
      Dengan diiringi petikan suara siter laras slendro, menambah indahnya tembang tersebut.

      Kangen pasuryan paduka
      Kanjeng Nabi kang angon langit lan bumi
      Gothaning berkah lan ngelmu
      Endah tan kinoyo ngopo
      Kekasihing Gusti ingkang maha luhur
      Dhuh Nabi nyuwun margi
      Tresna lahir trusing batin

      Suluk Pertobatan - Emha Ainun Najib

      Emha Ainun Najib yang dilahirkan di Jombang Jawa Timur, 27 Mei 1953  adalah seorang tokoh intelektual piawai dalam memadukan dinamika kesenian, agama dan politik. Diantara karya seni yang menggugah hati yaitu Pangkur Katresnan dan Suluk Pertobatan.
      Suluk Pertobatan
      Kawruhana dununging wong urip puniki
      Lamun benjang yen wus palastra
      Wong mati nyangdi parane
      Umpamana peksi mabur meksan saking kurungan neki
      Umpamana wong lungo sonjo
      Njan  sinanjan wong sonjo wajibe mulih
      Mulih neng isor sembojo
      1. Suluk Pertobatan
      2. Ya Ampun
      3. Abunawas
      4. Jalan Sunyi
      5. Jaman Sudah Akhir (bonus) – 52.55 mins